-Kesuksesan dan keberhasilan itu hanya soal waktu. tapi sekarang adalah soal cara, soal mengisi dan soal aplikasi-

Thursday, January 15, 2009

Reality Versi Media

Selamat datang di reality show, acara yang akan kami suguhkan selalu menarik untuk ditonton. Adegan dan peristiwa yang tidak dibuat-buat. Selamat menikmati….
Barangkali itulah kalimat yang sedang naik daun di dunia pertelevisian di Indonesia, bahkan mungkin di dunia. Acara yang sudah mulai digemari kebanyakan orang yang dikemas dengan sedemikian rupa dan mampu menyihir para penonton. Acara yang bertajuk reality show dijamin dramatis dengan ekspresi para penonton yang terlihat tegang dan berdebar-debar ketika menontonnya.
Tahun-tahun belakangan ini di Indonesia acara yang bertajuk reality show mulai menjamur di berbagai stasiun televisi. Dan rupa-rupanya boleh dikatakan berhasil dalam menarik perhatian penonton. Acara-acara reality show menyuguhkan adegan-adegan yang alamidan tidak dibuat-buat sehingga orang yang menonton dibuatnya deg-degan bahkan bisa termehek-mehek.
Lalu bagaimana acara reality show bekerja? Dengan prinsip apa acara yang mengklaim dirinya sendiri sebagai murni realitas itu menawarkan tayangannya? Dalam diri reality show terdapat paradoks yang cukup rumit. Di satu sisi, ia sebuah tayangang. Sebagaimana tayangan, selayaknya ia melewati proses rancangan. Langkah demi langkah, scene demi scene. Di sisi lain, kata reality membuatnya memikul tanggung jawab yang besar, sebab itu berarti ia menawarkan tak lebih dari realitas. Semua adegan sungguh-sungguh nyata.
Kontroversi nyata-tak-nyata reality show itulah yang kerap kali mengundang cibiran pemirsa. Dengan kritisisme yang tajam, bahwa penonton yang melihat berkesimpulan acara tersebut bohong belaka. Jalan cerita reality show sudah diatur. Tangisan bukanlah tangisan, tawa bukanlah tawa. Serapi apapun media membungkus, penonton sadar mereka sedang disugihi acting belaka.
Permasalahannya, apakah definisi nyata?
Lebih jauh lagi adakah definisi nyata yang bisa disepakati semua pihak? Pernak-pernik kehidupan yang dijalani individu barangkali bisa disebut Kenyataan dengan K besar. Usaha orang untuk hidup dengan bekerja adalah bagian dari kenyataan. Usaha seorang suami menyenangkan istrinya adalah bagian dari kenyataan. Usaha orang tua memberikan pendidikan dan kasih sayang yang tulus kepada anaknya adalah bagian dari kenyataan. Begitu banyak bagian kecil yang merupakan komponen hidup.
Fungsi media adalah menangkapi bagian-bagian kecil itu, kamudian menuangkanya ke dalam bentuk yang lain. Dengan kata lain, media memproduksi kenyataan milik penonton kemudian menghadirkan kepada khalayak. Lantar apakah yang dihadirkan media tidak nyata? Ya dan tidak.
Ya, karena apa yang tampil di media tidak mungkin tanpa polesan. Produksi suatu film harus dibuatnya semenarik mungkin, karena harus memenuhi syarat sebagai tontonan yang bermutu. Kita ingat bahwa fungsi media adalah tempat lari dari realitas. Meski sebenarnya sedikit lucu melarikan diri dari realitas dengan menceburkan diri tentang reproduksi tentang realitas, alias masih berputar-putar dalam lahan yang sama-sama realitas adalah sesuatu yang niscaya bagi media untuk memberikan polesan pada tayangan agar dapat menarik pemirsa.
Tidak, karena konsekuensi dari menuduh apa yang ditayangkan media sebagai sesuatu yang tidak nyata sama artinya dengan menyatakan bahwa ada definisi nyata yang disepakati semua pihak. Sementara, kita tahu bahwa kenyataan tidaklah tunggal. Definisi “nyata” dalam kehidupan rupanya berbeda dari arti nyata bagi media……

3 comments:

SRISUFI said...

salam buat saudaraku Lukman...

saya sangat suka gaya bahasa kamu.dan juga saya sangat suka membaca karya dalam bahasa Indonesia...saya peminat Pak Hamka...juga pengarangnya buku Gadis Pantai...aduh tak ingat namanya siapa sih.

ermmm...realiti versi media...payah sebenarnya mahu mengenal realiti di media...majoriti memakai topeng...itu pendapat saya...

moga kamu selalu berkarya...menulis ya

Fadhilah Kurnia Putri said...

Hemm..bahasa yang..
Kalau soal reality show, jujur saya tidak terlalu percaya, karena sepertinya terlalu melebih-lebihkan..
Tapi saya sendiri tidak punya bukti..
Hanya berharap semoga lebih baek..
*heh..apa maksudnya?*
Hehehe..

aphied said...

seperti itulah media. . .

kl pas brt bae aj kurang snater terdengar. . .
tp kl uda menyangkut yg jelek2
ex: gosip, perceraian, perselingkuhan, dll,,
slalu sj menarik u/ d dramatisir. .