-Kesuksesan dan keberhasilan itu hanya soal waktu. tapi sekarang adalah soal cara, soal mengisi dan soal aplikasi-

Friday, June 18, 2010

Tradisi yang Pantas

7 Desember 1941, demikian yang dicatat oleh Encarata Encyclopedia. Terjadi sebuah kejadian besar yang cukup mengejutkan sejarah. Sebuah serbuan kilat jepang atas Pearl Harbor yang sedikitnya menenggelamkan 21 kapal perang, menghancurkan 200 pesawat tempur, dan menewaskan 3000 personel angkatan laut amerika serikat.
Inisiator serbuan gemilang itu adalah Laksamana Isoru Yamamoto yang menunjukan kepada kita arti penting sebuah “Warisan Leluhur”. Perhatikanlah apa yang dilakukan oleh tentara Jepang, terutama pada rudal-rudal torpedik Jepang yang menghancurkan kapal-kapal Amerika saat itu, ternyata rudal-rudal Jepang didesain untuk mengambang di dekat permukaan begitu dijatuhkan dari pesawat tempur ke lautan. Sungguh luar biasa bukan? Artinya, pesawat tempur Jepang tidak menjatuhkan Bom di atas kapal secara langsung. Mereka cukup menjatuhkan rudal torpedik dari arah kejauhan dengan arah yang tepat, dan rudal itu akan meluncur dipermukaan air kemudian menghantam lambung kapal perang Amerika. Anda tahu apa yang membuat rudal itu mengambang? Yups…Kayu dan Bambu.
Memakai kayu dan bambu adalah tradisi jepang yang terlestari. Jepang sangat terkenal komitmennya dengan warisan nenek moyang mereka. Namun, cukup disayangkan ada juga tradisi atau anggapan mereka yang tidak perlu dipertahankan, yaitu anggapan rakyat dan para prajurit jepang bahwa dirinya, Sang Tenno, merupakan turunan langsung Amaterasu Omikami, dewa Matahari. Dengan asumsi itulah, para prajurit jepang tega membungihanguskan banyak negeri, bahkan dengan Kamikaze, karena merasa sedang melakukan pengabdian tertinggi dan membawa tugas suci untuk menebarkan cahaya Matahari ke seluruh penjuru dunia. Betapa mengerikan! Maka dengan bijak, pada tanggal 1 januari 1946, kaisar Hirohito mengumumkan dengan tegas bahwa dirinya adalah manusia biasa yang tak ada sangkut pautnya dengan “kedewaan”
Dan akhirnya pun Kaisar Hirohito sukses mematahkan salah satu tradisi nenek moyangnya yang sangat membahayakan. Itulah gambaran singkat mengenai Jepang dan Tradisinya. Nah, sekarang bagaimana dengan kita? Apakah tradisi yang menyesatkan masih kita anut? Apa saja tradisi menyesatkan itu? Tradisi yang menghambat laju perubahan, perlu bahkan wajib kita tinggalkan. Yang sering saya temui adalah tradisi “jam karet”. Tak patut juga itu disebut tradisi, namun berhubung jam karet sering bahkan hampir selalu terjadi dimana-mana maka tak ubahnya juga disebut tradisi. Disebut sebuah tradisi karena pertama kali berawal dari kebiasaan seseorang, berkembang menjadi kebiasaan kelompok dan jikalau sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama dan sudah menjadi pembiasaan dan kesepakatan entah disengaja maupun tidak disengaja, maka muncullah tradisi. Menyebalkan memang, jika tiap aktifitas selalu saja tidak tepat waktu, dari mulai jadwal pemberangkatan kereta sampai rapat sekalipun tetap saja tidak bisa tepat waktu.