-Kesuksesan dan keberhasilan itu hanya soal waktu. tapi sekarang adalah soal cara, soal mengisi dan soal aplikasi-

Sunday, November 30, 2008

musim hati

Suka berkeluh kesah?
Itu tanda jiwa yang lemah…


Berulang kali saya mendapat telfon maupun pesan singkat dari teman saya, pesan yang isinya mengenai keluhan hatinya tentang masalah-masalah yang sedang ia hadapi. Berulang kali pula saya terus memberinya solusi terbaik yang bisa saya berikan. Namun kejenuhan mulai menghinggap hati saya ketika hal serupa selalu menjadi topik utama dalam pembicaraan kami, dan hal itu terus terjadi. Hingga timbul beberapa pertanyaan dalam hati saya apakah masalah itu harus selalu dibicarakan? Apakah masalah akan selesai manakala hanya menjadi bahan omongan semata tanpa adalah penyelesaian kongkret?
Beragam cara orang dalam menghadapi masalah, dan sebagian orang menganggap berkeluh kesah adalah cara terbaik untuk membebaskan diri dari tekanan persoalan yang sedang mendera. Atau sekedar pelampiasan untuk mengurangi beban jiwa yang berat. Karenanya bagi yang menjadikan itu semua sebagai pembenaran, keluh kesah pun bisa menjadi kebiasaan. Dimana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja, pembicaarannya hanya seputar keluh kesahnya semata. Konon bahasa bekennya
Curhat”. Katanya sih….
Orang yang menjadikan keluh kesah sebagai hobbinya biasanya suka membesar-basarkan masalah, memandang masalah kecil sebagai masalah yang besar, menganggap beban hidup atau masalah yang sedang ia hadapi adalah permasalahan yang paling berat dan paling sulit, seperti dia sendiri yang punya masalah dalam hidup. Seakan-akan ia lupa dengan nikmat Allah terlampau banyaknya dikarenakan sibuk dengan masalahnya. Masalah dalam hidup patilah ada, mana ada toh orang yang gak punya masalah? pasti tidak ada! Justru akan terasa aneh manakala hidup ini tidak ada masalah. Janganlah anda berfikir orang yang punya masalah adalah orang yang bermasalah, namun orang yang sesungguhnya bermasalah adalah orang yang tidak punya masalah. Karena letak kesalahanya adalah ia tak punya masalah sehingga itulah yang sebenarnya disebut orang yang bermasalah. Karena memang demikian kehidupan, ia pada hakekatnya adalah ujian, yang di dalamnya ada pergiliran suka-duka, pendapatan-kehilangan, kelapangan-kesempitan dan sebagainya.
Keluh kesah adalah tanda kelemahan hati dan keerdilnya jiwa. Orang yang selalu berkeluh kesah akan berasumsitidak akan terselesaikan”, melihat beban sebagaiyang tidak tertanggungkandan menatap jalan keluar sebagai kebuntuan. Padalah setiap masalah pasti ada solusinya, setiap persoalan selalu ada jalan keluarnya. Jadilah pribadi yang tangguh, melihat masalah bukan sebagaimonsteryang tidak bisa dilawan, namun jadikanlah masalah itu sebagai sarana dalam pengembangan diri, kematangan diri dan korek api untuk menyalakan potensi diri anda. Adakalanya sebuah bola harus dibanting dengan keras untuk menghasilkan lentikan yang jauh ke atas….

Wednesday, November 26, 2008

kesadaran hati

Gerbong Asap
Pernahkah anda masuk ke dalam gerbong asap?
Gerbong dimana apabila anda masuk di dalamnya maka anda seolah-olah bak ikan yang sedang dipepes, kemudian setelah keluar sekujur badan anda akan melekat aroma seperti aroma kayu yang hendak terbakar tapi tak menyala.
Mungkin seperti itulah gambaran kasarnya sebuah gerbong yang amat fenomenal yang sering saya tumpangi. Gerbong yang sedari dulu mengeluarkan asap tak sedap dan selalu menusuk-nusuk tulang hidung orang yang menghirupnya, asap ajaib yang keluar dari mulut-mulut manusia…, tahukah anda gerbong fenomenal itu? Tak lain dan tak bukan adalah Gerbong Kereta Api!!!
Pemandang seperti itu mungkin tidak asing lagi bagi anda penikmat setia kereta api atau transportasi umum lain yang masih kurang perhatiannya dalam hal ketertiban dan kenyamanan penumpangnya.
Dalam hal ini saya tidak terlalu mengomentari masalah bahaya rokok yang sering sekali digembar-gemborkan dimana-mana, baik di media cetak maupun elektronik bahkan dibungkus rokok itu sendiri pun sudah ada peringatannya. akan tetapi yang ingin saya sampaikan adalah mengenai “budaya kesadaran” menempatkan sesuatu pada tempatnya. Budaya seperti itu memang belum sepenuhnya dimengerti dan dipahami kebanyakan orang, karena memang tingkat kecerdasan emosi atau yang sering kita sebut dengan Emotional Quotient (EQ) harus senantiasa kita latih dalam kepentingan pengembangan segi-segi kehidupan yang tertata.
Apa yang terjadi diatas adalah sebuah impact tingkat emosi yang rendah dari seseorang sehingga mereka tidak mampu untuk mengendalikan nafsunya. Bukankah masih banyak waktu, tempat yang luas dan cocok untuk merokok? Bukan malah berkolaborasi menciptakan Gerbong Asap di dalam Kereta Api. jika anda (perokok) mengetahui akan kesadaran itu maka tidak akan mungkin Gerbong Asap akan ada. Kesadaran seperti itulah yang mesti kita terapkan dan kita wariskan kepada para arsitek peradaban yaitu generasi muda sekarang. Namun sungguh disayangkan manakala hal-hal kecil seperti itu diabaikan dan dianggap remeh. Kesadaran hati bukan berasal dari luar namun bangkit dari dalam yang bersumber dari suara hati. Buah kesadaran tidak memerlukan tepuk tangan orang lain, tidak peduli dengan riuh-rendah sorak-sorai. Kesadaran hati tidak pamrih, dan kesadaran hati adalah berpegang pada sebuah prinsip. Yang diinginkan hanyalah sebuah tepukan halus di pundak dari seorang malaikat. Kesadaran tidak mengharapkan terima kasih. Kesadaran hati hanya bersahabat dengan suara hati, suara Tuhan. Dan kesadaran hati hanya mengharapkan sebuah catatan kecil dari seorang malaikat yang berada pada bahu kanannya.
Bukankah suatu bangsa akan maju dan berkembang manakala manusia di dalamnya mengerti dan mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya??? Dalam hal apa saja, kapanpun waktunya dan dimanapun tempatnya jika semua tertata rapi akan lebih indah dan terpuji.
Setiap kata yang ia ucapkan, tentulah di sampingnya ada penjaga yang siap (mencatat) -Q.S. 50 surat Qaaf ayat 18-